Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.[1] Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.[2]Manajemen belum memiliki definisi
yang mapan dan diterima secara universal.[3]
Etimologi
Kata Manajemen
berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti “seni
melaksanakan dan mengatur.”[4]
Kata
manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang
berarti “mengendalikan,” terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang
berasal dari bahasa latin manus yang berarti “tangan”.[5] Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini
dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.[4]
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak
kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui bahwa
ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan
dengan adanya piramida di Mesir.[6] Piramida tersebut dibangun oleh
lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil
dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer
ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia
serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan
pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai
rencana.
Piramida di Mesir.
Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang
merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol
pembangunannya.
Praktik-praktik
manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kotaVenesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat
perekonomian dan perdagangan. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal
perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di
organisasi moderen saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal
perang diluncurkan sepanjang kanal; pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan
tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini
perakitan yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya.
Selain lini perakitan, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan
pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan
biaya.
Daniel Wren
membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era
manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.[7]
Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting
dalam ilmu manajemen.[3] Peristiwa pertama terjadi pada
tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin
ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan
keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division
of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan
berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith
mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan
peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi,
jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan,
sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan dua puluh peniti sehari.
Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas
dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2)
menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin
dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.[8]
Peristiwa
penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai
dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada
pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut
“pabrik.” Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan
teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya
persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari,
dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Era manajemen ilmiah
Frederick
Winslow Taylor.
Era ini
ditandai dengan berkembangnya perkembangan ilmu manajemen dari kalangan
insinyur—seperti Henry
Towne, Frederick
Winslow Taylor, Frederick
A. Halsey, danHarrington
Emerson[9] Manajemen
ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya, Principles
of Scientific Management, pada tahun 1911.
Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai “penggunaan metode ilmiah untuk
menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.” Beberapa penulis
seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun
lahirya teori manajemen moderen.[3]
Perkembangan
manajemen ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dariHenry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry
Gantt. yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company, menggagas
ide bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan kepada karyawannya
untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain
sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt
chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Sementara itu, pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth berhasil menciptakan micromotion,
sebuah alat yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan
lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini
digunakan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.[9]
Era ini juga
ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik
manajemen yang baik.[9] Pada awal abad ke-20, seorang
industriawan Perancis bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi
utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan
mengendalikan.[10] Gagasan Fayol itu kemudian mulai
digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan
tahun 1950, dan terus berlangsung hingga
sekarang.[3] Selain itu, Henry Fayol juga
mengagas 14 prinsip manajemen
yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah
manajemen.
Sumbangan
penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe
ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan
oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan
ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber
menyadari bahwa bentuk “birokrasi yang ideal” itu tidak ada dalam realita. Dia
menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai
landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam
kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak
organisasi besar sekarang ini.[3]
Perkembangan
selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick
Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi
dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal
dengan “manajemen sains”, mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah
dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946,
Peter F. Drucker—sering
disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal
tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation).
Buku ini muncul atas ideAlfred
Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian
tentang organisasi.[11]
Era manusia sosial
Era manusia
sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school)
dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak
mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran
mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen
Hawthorne.
Eksperimen
Hawthorne dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthorne milik
Western Electric Company Works di Cicero,
Illenois.[3] Kajian ini awalnya bertujuan
mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap
produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif
seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya
terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan
kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa
norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja
individu.[9]
Kontribusi
lainnya datang dari Mary Parker Follet.
Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu
politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative
Experience pada tahun 1924.[9] Follet mengajukan suatu filosifi
bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas
seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan
mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata
lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok
daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya
memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun
1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the
Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk
merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara
motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi “efektif-efisien”.
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi
adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang
organisasi formal sebagai sistem terpadu yang menjadikan kerjasama, tujuan
bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal, sementara itu pada organisasi
informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih
diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori “penerimaan otoritas” yang
didasarkan pada gagasan bahwa atasan hanya memiliki kewenangan jika bawahan
menerima otoritasnya.
Era moderen
Era moderen
ditandai dengan hadirnya konsep manajemen
kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20
yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di
antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming,
orang Amerika,
dianggap sebagai Bapak Kontrol
Kualitas di Jepang.[9] Deming berpendapat bahwa kebanyakan
permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan
sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan
teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat
ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan,
sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas
waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) pangsa pasar meningkat
karena peningkatan kualitas dan penurunan harga; (4) profitabilitas perusahaan
peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat.
Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang
peningkatan kualitas.
Kontribusi
kedua datang dari Joseph Juran.[9] Ia menyatakan bahwa 80 persen
cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh
manajemen. Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan,
kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih
satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian
dianalisis, kemudian dibuat solusi dan diimplementasikan.
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen
ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth
berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap
gerakan tersebut.[9] Gerakan yang sia-sia yang luput
dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk
kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk
memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam,
memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka,
Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut
memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari
unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.[9]
Skema itu
mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata.
Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa
seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior
dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan
gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk
memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan.
Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18
gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik
Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di
penghujung hari.[butuh
rujukan]
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model
optimasi, model
informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen
mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer
untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur
kritis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat
penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic
order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan
optimum; dan lain-lain.
Pengembangan
kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap
masalah militer selamaPerang Dunia II.[12] Setelah perang berakhir,
teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan
persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah
sekelompok perwira militer yang dijuluki “Whiz Kids.”[12] Para perwira yang bergabung
dengan Ford Motor Company
pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif
untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
Klasifikasi
Ada 6 macam
teori manajamen diantaranya:
- Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
- Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia.
- Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.
- Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
- Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
- Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen.
Fungsi manajemen
Fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan.[butuh
rujukan] Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh
seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.[butuh
rujukan]Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen,
yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga[butuh
rujukan], yaitu:
- Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
- Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
- Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
Sarana manajemen
Man dan machine, dua sarana
manajemen.
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools).
Toolsmerupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines,
method, dan markets.[butuh
rujukan]
Man merujuk pada sumber daya manusia
yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu
unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur
nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan
alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki
dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin
digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar
serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang
memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana
organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang
tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses
produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung.
Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan
dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang
harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
Prinsip manajemen

Prinsip-prinsip
dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori
manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini
terdiri dari:[13]
- Pembagian kerja (division of work)
- Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
- Disiplin (discipline)
- Kesatuan perintah (unity of command)
- Kesatuan pengarahan (unity of direction)
- Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests)
- Pembayaran upah yang adil (renumeration)
- Pemusatan (centralisation)
- Hirarki (hierarchy)
- Tata tertib (order)
- Keadilan (equity)
- Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
- Inisiatif (Inisiative)
- Semangat kesatuan (esprits de corps)
Manajer
Manajer
adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan
kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.[butuh
rujukan]
Tingkatan manajer
Piramida jumlah
karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya.
Pada
organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer
puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya
digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di
bagian bawah daripada di puncak).
Manejemen
lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah
manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang
bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam
proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift,
manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
Manajemen
tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang
berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai
penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
Manajemen
puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive
officer, bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum
dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief
Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief
Financial Officer).
Meskipun
demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang
lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim
karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya
sesuai dengan permintaan pekerjaan.
Peran manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu
manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di
tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga
kelompok[14]. yang pertama adalah peran antar
pribadi, yaitu melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial
dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin,
dan penghubung. Yang kedua adalah peran informasional, meliputi peran manajer
sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara. Yang
ketiga adalah peran pengambilan keputusan, meliputi peran sebagai seorang
wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Mintzberg
kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh
manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.[14]
Keterampilan manajer
Gambar ini
menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert
L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa
setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.[15] Ketiga keterampilan tersebut
adalah:
- Keterampilan konseptual (conceptional
skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja. - Keterampilan berhubungan dengan
orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah. - Keterampilan teknis (technical
skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga
keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin
menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[2]
- Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan. - Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
Etika manajerial

Etika manajerial
adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga
kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:[2]
- Perilaku terhadap karyawan
- Perilaku terhadap organisasi
- Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Bidang manajemen
- Manajemen administrasi perkantoran
- Manajemen pergantian
- Manajemen komunikasi
- Manajemen constraint
- Manajemen biaya
- Manajemen hubungan pelanggan
- Manajemen harga pendapatan
- Manajemen enterprise
- Manajemen fasilitas
- Manajemen integrasi
- Manajemen pengetahuan
- Manajemen pemasaran
- Manajemen mikro
- Manajemen sakit
- Manajemen pandangan
- Manajemen pengadaan
- Manajemen program
- Manajemen projek
- Manajemen proses
- Manajemen produksi
- Manajemen kualitas
- Manajemen sumber daya manusia
- Manajemen risiko
- Keahlian manajemen
- Manajemen pengeluaran
- Manajemen rantai suplai
- Manajemen sistem
- Manajemen waktu
- Manajemen stress
- Manajemen strategis
- Manajemen keuangan
- Manajemen personalia
- Manajemen organisasi
- Manajemen Pertunjukan
- Manajemen Persiapan dan Pelaksanaan
- Manajemen Pendidikan
Referensi
- ^ Vocational Business: Training, Developing and Motivating People by Richard Barrett – Business & Economics – 2003. – Page 51.
- ^ a b c Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
- ^ a b c d e f Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
- ^ a b Oxford English Dictionary
- ^ Online Etymology: Manage
- ^ C.S. George Jr. 1972. The History of Management Thought, ed. 2nd. Upper Saddle River, NJ. Prentice Hall. h.4
- ^ Wren, Daniel dan Arthur Bedeian. 2009. The Evolution of Management Thought
- ^ Smith, Adam. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
- ^ a b c d e f g h ihttp://www.referenceforbusiness.com/management/Or-Pr/Pioneers-of-Management.html
- ^ Fayol, Henry. 1949. Administration, industrielle et generale.
- ^ Drucker, Peter. 1946. Concept of Corporation. John Day Company.
- ^ a b Kisah Whiz Kids
- ^ HENRI FAYOL’S 14 Principles of Management
- ^ a b Mintzberg 1973. The Nature of Managerial Work
- ^ Robert L. Katz. Skills of an Effective Administrator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar